Jumat, 10 Juni 2011

Minggu, 03 April 2011

Goeboex Cofee

Beberapa waktu terakhir ini, aku bersama teman-teman sering ngopi di sebuah café di daerah Seturan. Café yang sering aku datangi adalah Goeboex Cofee, karena harganya relatif murah dan suasananya juga ramai. Di café tersebut tersedia berbagai variasi minuman kopi, juice, snack, steak dan shisa.

Harga secangkir kopi racikan a'la café tersebut adalah Rp. 2500 / cangkir. Untuk jenis kopi lain tersedia dengan harga yang berbeda dengan kisaran harga di bawah Rp. 5000. Untuk menu lainnya harga yang ditawarkan juga tidaklah terlalu berbeda dengan tempat lain.

Rabu, 12 Januari 2011

Touring ke Karanganyar


Beberapa waktu lalu aku mendapatkan ajakan dari beberapa teman baik, untuk berangkat ke suatu daerah di antara perbatasan Sragen dan Karanganyar. Akhirnya pada hari Sabtu tanggal 8 Januari 2011 aku bersama dengan Mas Aji, Mas Trusta, dan Nonop berangkat ke lokasi menggunakan kendaraan sepeda motor. Perjalanan ditempuh selama sekitar 3 jam melalui rute Jogja – Solo – Sragen – Kedawung – Jetis dan berakhir sampai di lokasi.

Tempat menginap kami adalah ditempat tinggal Ibu Hasti, yang terletak di desa Menjing, kacamatan Jenawi, kabupaten Karanganyar. Lokasi tersebut termasuk dalam daerah perbatasan antara Karanganyar dan Sragen, sehingga jarak yang harus ditempuh dari pusat kedua kota terbilang cukup jauh. Transportasi umum yang tersedia, adalah menggunakan bus kecil jurusan Sragen – Balong. Wilayah Jenawi bukanlah wilayah yang dengan bertanah datar, karena kecamatan Jenawi berada di perbukitan lereng Gunung Lawu. Pusat kegiatan ekonomi dan pemerintahan di Jenawi terletak di kelurahan Balong, yang berada pada daerah yang lebih tinggi bila dibandingkan desa Menjing.

Selama menginap di Jenawi kami melakukan beberapa aktifitas seperti mengikuti acara Kebaktian Pemuda GKJ Jenawi di pepantan Jambon, yang berjarak sekitar 1 Km dari tempat kami menginap. Kegiatan tersebut diikuti oleh sekitar 20 pemuda-mudi gereja, dari yang masih remaja hingga yang sudah senior. Acara kebaktian pemuda diakhiri dengan acara makan malam di Salma Ria, yang berjarak sekitar 3 Km dari tempat kami menginap. Aktifitas lain yang kami lakukan adalah jalan-jalan ke kebun teh di Kemuning dan Candi Ceto yang berada di lereng Gunung Lawu. Selain itu, kami juga berkenjung kesaorang kerabat teman kami, yang kebetulan memiliki usaha restoran dan pemancingan, yaitu Java Resto.

Candi Ceto, berjarak sekitar 20 KM dari tempat kami menginap, lokasinya terletak diatas perbukitan lereng Gunung Lawu. Apabila perjalanan melewati Sragen, maka jalan yang dapat ditempuh adalah melewati Jenawi kemudian juga akan melewati perkebunan teh. Untuk sampai ke lokasi tersebut diperlukan kendaraan dengan kemampuan mesin, rem serta pengemudi yang baik, hal itu karena jalan ke lokasi cukup ekstrim dan menanjak.

Pada saat sampai ke Candi Ceto wisatawan akan disuguhi pemandangan panorama yang menarik dan candi yang saat ini masih aktif digunakan sebagai tempat pemujaan agama Hindhu. Candi Ceto menawarkan beberapa alternatif selain candi utama, diantaranya adalah puri Saraswati dan candi Ketek. Selain itu di dekat jalan menuju ke candi ketek, ada sebuah sungai yang airnya jernih dan terdapat air terjun didekatnya. Namun yang disayangkan akses jalan menuju ke air terjun tidaklah ditumbihi semak belukar, sehingga membuat wisatawan enggan untuk melihat, meskipun mereka merasa tertarik akan panorama air terjun.

Pada hari Minggu, 9 januari 2011, jam 20.00 WIB kami berpamitan dan bertolak ke Jogja. Meskipun diguyur hujan selama perjalanan, namun puji Tuhan akhirnya kami dapat sampai rumah kami masing-masing dalam kondisi yang selamat.

Selasa, 04 Januari 2011

Tahun Baru : Harapan dan Doaku


Menutup perayaan tahun 2010 aku melakukan dua aktifitas, yaitu mengikuti misa refleksi akhir tahun bersama dengan teman-teman Choice Distrik Jogja serta berkumpul dengan teman-teman Mudika Wilayah Tengah. Waktu yang bersamaan, akhirnya membuatku harus dapat membagi waktu mengikuti kedua kegiatan. Kuputuskan untuk mengikuti misa di Wisma Xaverian bersama teman-teman Choice, kemudian melewatkan pergantian tahun dengan teman-teman Mudika.

Misa refleksi akhir tahun Choice diikuti oleh beberapa panitia, pendamping, dan peserta APC ke 60. Misa dipimpin oleh Pater Ciroy, selaku pendamping Choice Jogja. Pada saat homili masing-masing peserta diminta untuk mengungkapkan isi hatinya dan syukurnya selama menjalani tahun 2010. Meskipun jumlah peserta tidak terlalu banyak, namun misa berjalan dengan khitmad. Misa dimulai pukul 20.00 WIB dan berakhir pukul 21.30 WIB.

Setelah mengikuti misa, aku pamit pulang dan kemudian berangkat ke rumah Yohanas Saputra, tempat berlangsungnya acara Tahun Baruan Mudika Wilayah Tengah. Acara diisi dengan permainan, diskusi mengenai regenerasi, dan diakhiri dengan doa bersama di patung St. Alfonsus saat pergantian tahun. Meskipun dalam suasana sekitar yang gegap gempita oleh suara pesta kembang api, namun sebagian peserta tetap tenang dan bersatu dalam berdoa.

Segala suka dan duka telah aku lalui di tahun 2010. Di tahun itu aku mendapatkan berbagai bentuk karunia Allah. Tetapi di tahun 2010 aku juga dihadapkan pada peristiwa duka, karena meninggalnya kakekku dan juga ketidak beruntungan dalam hal finansial. Di tahun 2011 ini aku mengharapkan beberapa hal dapat terwujud dalam hidupku. Harapan dan doa tersebut kutuangkan dalam sebuah gambar seperti berikut. Semua kuserahkan kepada Tuhan, apapun yang akan terjadi, jadilah menurut kehendakNya semata.


Senin, 03 Januari 2011

Refleksi Natal


Tanggal 25 Desember diperingati oleh umat Kristiani sebagai hari raya Natal atau kelahiran Isa al masih / Yesus. Pada hari tersebut beribu-ribu umat Kristiani dari berbagai macam Gereja mengadakan misa / kebaktian menyambut kelahiran-Nya. Gereja yang biasanya pemandangan di dalamnya biasa-biasa saja diubah sedemikian rupa, dengan dekorasi yang indah dan menarik. Suasana yang sepi mendadak berubah menjadi riuh dengan diadakannya perayaan Natal. Umat yang biasanya berangkat ke gereja dengan busana seadanya, merubah penampilan menjadi lebih menarik dengan busana barunya.

Berbagai macam bentuk kemeriahan dan suasana perayaan Natal tak hanya ditampilkan di gereja saja untuk merayakan Natal. Rumah-rumah umat kristiani biasanya memasang aksesoris Natal, seperti pohon cemara, miniatur gua dan keluarga kudus, atau memasang palungan di pintu rumah. Tak ketinggalan pusat-pusat perbelanjaan, hotel dan berbagai macam tempat beramai-ramai memasang aksesoris Natal, ada yang bertujuan untuk merayakan Natal atau sekedar menarik minat belanja masyarakat.

Setiap kali merayakan Natal, saya seringkali mendengarkan khotbah tentang kesederhanaan Kristus yang lahir dan ditempatkan di palungan. Khotbah yang sama senantiasa diulang-ulang terus setiap tahunnya. Tapi setiap tahun pula saya selalu menemukan bentuk yang berbeda, perayaan yang mewah dan budaya konsumtif yang tinggi seolah menjadi budaya masyarakat kita. Hal yang lebih menyedihkan, banyak umat Kristiani menganggap Natal hanya sebagai bentuk perayaan saja tanpa pernah mendalami dan meresapi maknanya. Banyak orang yang sebelumnya jarang ke gereja berbondong-bondong merayakan Natal di gereja-gereja, bahkan lebih di satu gereja, namun tidak mendapatkan sesuatu yang berbeda setelah Natal.

Tema Natal tahun ini adalah "terang yang sesungguhnya sedang datang ke dalam dunia" tampaknya sesuai untuk menjadi perenungan umat kristiani saat ini, yang menurut saya cenderung konsumtif dan glamour pada akhir-akhir ini. Menjadi terang yang sejati menuntut manusia untuk selalu belajar menjadi peka, sederhana, rendah hati dan berani menatap perbedaan dengan hati yang bersih. Pola konsumtif yang berlebihan dampaknya hanya akan menciptakan jurang yang semakin lebar, antara sesama umat yang lemah, miskin dan tersingkir dengan umat kristiani yang berekonomi cukup. Jurang perbedaan itu dikhawatirkan akan membuat umat yang berekonomi lemah akan menyingkir dari kehidupan Gerejawi, akibat kecemburuan sosial. Belum lagi bila hal tersebut terbawa ke dalam hidup bermasyarakat, yang pada akhirnya hanya akan mengucilkan umat kristiani sendiri.

Dengan kerendahan hati sajalah seorang manusia dapat belajar untuk menghargai sesamanya. Kesederhanaan dalam sikap dan perbuatan, akan membawa kita lebih mudah menjadi sesuatu yang berarti bagi sesama, khususnya mereka yang membutuhkan kasih kita. Hal ini mungkin sesuai dengan sebuah kata-kata yang diucapkan Bunda Teresa, "Setiap kali kita tersenyum bersahabat kepada seseorang dan berbuat baik kepadanya, kita merayakan Natal. Setiap kali kita memberikan pengharapan kepada seseorang yang putus asa, kita merayakan Natal. Setiap kali kita memberikan kesempatan Yesus lahir kembali dengan membahagiakan orang lain, kita merayakan Natal."

Selamat Hari Natal