Senin, 03 Januari 2011

Refleksi Natal


Tanggal 25 Desember diperingati oleh umat Kristiani sebagai hari raya Natal atau kelahiran Isa al masih / Yesus. Pada hari tersebut beribu-ribu umat Kristiani dari berbagai macam Gereja mengadakan misa / kebaktian menyambut kelahiran-Nya. Gereja yang biasanya pemandangan di dalamnya biasa-biasa saja diubah sedemikian rupa, dengan dekorasi yang indah dan menarik. Suasana yang sepi mendadak berubah menjadi riuh dengan diadakannya perayaan Natal. Umat yang biasanya berangkat ke gereja dengan busana seadanya, merubah penampilan menjadi lebih menarik dengan busana barunya.

Berbagai macam bentuk kemeriahan dan suasana perayaan Natal tak hanya ditampilkan di gereja saja untuk merayakan Natal. Rumah-rumah umat kristiani biasanya memasang aksesoris Natal, seperti pohon cemara, miniatur gua dan keluarga kudus, atau memasang palungan di pintu rumah. Tak ketinggalan pusat-pusat perbelanjaan, hotel dan berbagai macam tempat beramai-ramai memasang aksesoris Natal, ada yang bertujuan untuk merayakan Natal atau sekedar menarik minat belanja masyarakat.

Setiap kali merayakan Natal, saya seringkali mendengarkan khotbah tentang kesederhanaan Kristus yang lahir dan ditempatkan di palungan. Khotbah yang sama senantiasa diulang-ulang terus setiap tahunnya. Tapi setiap tahun pula saya selalu menemukan bentuk yang berbeda, perayaan yang mewah dan budaya konsumtif yang tinggi seolah menjadi budaya masyarakat kita. Hal yang lebih menyedihkan, banyak umat Kristiani menganggap Natal hanya sebagai bentuk perayaan saja tanpa pernah mendalami dan meresapi maknanya. Banyak orang yang sebelumnya jarang ke gereja berbondong-bondong merayakan Natal di gereja-gereja, bahkan lebih di satu gereja, namun tidak mendapatkan sesuatu yang berbeda setelah Natal.

Tema Natal tahun ini adalah "terang yang sesungguhnya sedang datang ke dalam dunia" tampaknya sesuai untuk menjadi perenungan umat kristiani saat ini, yang menurut saya cenderung konsumtif dan glamour pada akhir-akhir ini. Menjadi terang yang sejati menuntut manusia untuk selalu belajar menjadi peka, sederhana, rendah hati dan berani menatap perbedaan dengan hati yang bersih. Pola konsumtif yang berlebihan dampaknya hanya akan menciptakan jurang yang semakin lebar, antara sesama umat yang lemah, miskin dan tersingkir dengan umat kristiani yang berekonomi cukup. Jurang perbedaan itu dikhawatirkan akan membuat umat yang berekonomi lemah akan menyingkir dari kehidupan Gerejawi, akibat kecemburuan sosial. Belum lagi bila hal tersebut terbawa ke dalam hidup bermasyarakat, yang pada akhirnya hanya akan mengucilkan umat kristiani sendiri.

Dengan kerendahan hati sajalah seorang manusia dapat belajar untuk menghargai sesamanya. Kesederhanaan dalam sikap dan perbuatan, akan membawa kita lebih mudah menjadi sesuatu yang berarti bagi sesama, khususnya mereka yang membutuhkan kasih kita. Hal ini mungkin sesuai dengan sebuah kata-kata yang diucapkan Bunda Teresa, "Setiap kali kita tersenyum bersahabat kepada seseorang dan berbuat baik kepadanya, kita merayakan Natal. Setiap kali kita memberikan pengharapan kepada seseorang yang putus asa, kita merayakan Natal. Setiap kali kita memberikan kesempatan Yesus lahir kembali dengan membahagiakan orang lain, kita merayakan Natal."

Selamat Hari Natal

Tidak ada komentar: